Rasul Tilas Kalurahan Winangun Berlangsung Meriah, Optimis Memantapkan Sebagai Desa Budaya dan Kampung Edukasi Nuswantara
TEPUS – GUNUNGKIDUL || WARTA-JOGJA.COM – Bersih Desa (rasulan) Tilas Kalurahan Winangun pada Tahun 2024 berlangsung meriah nampak tumpah ruah bersama ribuan masyarakat melaksanakan pawai kirab sembilan (9) gunungan dari sembilan (9) Padukuhan (Padukuhan Winangun, Duwet, Kotekan, Cepogo, Wuluh, Ngande-ande, Cakbohol, Pringsanggar, Ngandong) menempuh jarak 1 Km dari lapangan Ndakbong menuju balai Kalurahan Purwodadi, Kapanewon Tepus, Kabupaten Gunungkidul, untuk melakukan acara sakral genduri (do’a bersama), Rabu (03/07/2024).
Acara rasulan kali ini dihadiri tamu istimewa Perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Ketua DPRD Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih, Panewu Tepus Subiantoro, Forkompinkap Tepus, Bangsawan dari Pulau Bali Dewa Arka, jajaran Pemerintah Kalurahan Purwodadi, Bamuskal, dan tokoh masyarakat.
Lurah Purwodadi, Sagiyanto menjelaskan, kirab gunungan ini diikuti oleh sembilan (9) Padukuhan dengan membawa gunungan merupakan hasil tani, sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas panen raya kemudian mereka membawa gunungan tersebut ke balai Kalurahan untuk memanjatkan do’a bersama (genduri).
“Moment rasul berbasis pelestarian adat, tradisi dan budaya sebagai salah satu dasar atau pondasi semangat kebersamaan, gotong royong sehingga keberlangsungan adat, tradisi, dan budaya tetap melekat pada masarakat dan lestari budaya adiluhung,” jelasnya.
Dijelaskan lebih lanjut terkait penyandang predikat baik rintisan ataupun desa budaya itu hanya penilaian bagi yang memberi predikat, dan itu melalui proses, yang penting masarakat masih mau mengakui, mengembangkan, dan melestarikan budaya yang ada.
“Percuma mendapat predikat kalau didalamnya kosong, jadi menurut saya menyandang predikat itu lebih dikatakan penting karena kriteria yang ditentukan juga karena regulasi, tapi kebanyakan didalam banyak yang tidak bergerak karena terkesan data dan implementasinya banyak hal yang mendadak dimunculkan,” tuturnya.
Maka hal itu kami mengikuti proses, tapi yang lebih penting bagaimana masyarakat masih tetap bertahan untuk mengakui, melestarikan dan mengembangkan budaya, adat istiadat dan tradisi yang kita miliki sampai regenerasi berikutnya.
“Harapan kedepan dengan adanya moment acara rasulan kali menjadi dasar kita melangkah menunjukan kearifan lokal,original tradisi seni dan budaya sebagai bukti bahwa Purwodadi penuh dengan potensi, kedepanya secara administrasi portofolio kita tinggal melengkapi untuk mengikuti Akreditasi Kalurahan Rintisan Budaya tahun 2025 dengan optimis Pemerintah Kalurahan Purwodadi memantapkan langkah sebagai Desa Budaya dan Desa Wisata dengan mempersiapkan sedini mungkin,” imbuhnya.
Ucapan terimakasih ditujukan kepada jajaran Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Ketua DPRD Gunungkidul, Panewu Tepus, Forkompinkap Tepus, Bangsawan dari Pulau Bali Dewa Arka, jajaran Pemerintah Kalurahan Purwodadi, Bamuskal, dan tokoh masyarakat sudah menghadiri acara bersih Desa kali serta support dan motivasinya kepada Pemerintah Kalurahan Purwodadi.
Sementara itu, Ketua DPRD Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih sangat mengapresiasi masyarakat Purwodadi yang sampai saat ini tetap melestarikan kebudayaan dan kesenian daerah, mendukung penuh kegiatan budaya seperti yang dilaksanakan Kalurahan Purwodadi, agar kegiatan seperti ini tetap lestari.
“Kesenian dan kebudayaan Gunungkidul ini sangat banyak. Dan tentu saja kita harus tetap melestarikannya. Tidak hanya melestarikan, kita juga harus mengembangkan potensi lokal agar bisa lebih menarik wisatawan luar daerah.Harapan kedepanya semoga Kalurahan Purwodadi menuju Akreditasi Kalurahan Rintisan Budaya tahun 2025 bisa terwujud dan lolos. Tidak hanya itu saja bisa menjadi Desa Budaya dan Desa Wisata karena disini sangat banyak potensinya,” jelas Endah.
Dewa Arka selaku perwakilan dari Desa Nyalian Bali didepan awak media sangat mengapresiasi adanya potensi yang dimiliki oleh masyarakat Kalurahan Purwodadi. Ia menyampaikan gagasanya dalam rangka Purwodadi memantapkan langkah sebagai desa budaya dan desa wisata maka pada gelaran rasulan tilas Kalurahan Winangun tahun 2024, melakukan inovasi dan kreasi sebagai nilai tambah potensi alam dan budaya desa menjadi rangkaian kegiatan Ecocultural Adventure Festival 2024 pada tanggal 1-5 Juli 2024 dengan beragam aktivitas. Diantaranya adalah dengan penguatan jejaring kebudayaan yang diinisiasi oleh Kampung Edukasi Nuswantara.
Pemerintahan Kalurahan Purwodadi dan Pemerintah Desa Nyalian Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung Bali sebagai salah satu bentuk kepedulian kebudayaan Nusantara. Pada kesempatan puncak acara Rasulan Dewa Arka selaku perwakilan dari Desa Nyalian hadir ditengah-tengah masyarakat untuk membangun komunikasi awal dalam rangka menjalin kerjasama dalam misi Kebudayaan.
Chris Broto selaku pimpinan Kampung Edukasi Nuswantara menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kali kedua yang dilakukan antara Desa Nyalian dan Desa di Jateng dan DIY sebagai bentuk hubungan Sister Village agar masing-masing pihak dapat saling memberikan dukungan dalam hal budaya dan pariwisata, khususnya Kalurahan Purwodadi dapat memperoleh manfaat dalam perencanaan wisata desa berbasis budaya dengan Desa Nyalian yang berada pada kawasan wisata Bali sebagai barometer wisata dunia. Sehingga, Kalurahan Purwodadi dapat menggali potensi desa yang sangat beragam untuk dapat dikemas secara menarik selain wisata bahari pantai selatan Yogyakarta yang sudah terkenal di Nusantara.
Dewa Arka sangat antusias dan berkesan dengan rangkaian rasulan karena sangat terasa aura dan semangat kebersamaan masyarakat desa ketika mengikuti prosesi Kirab Gunungan dan Kenduri Agung seperti halnya yang banyak dilakukan di Bali, tetapi jarang ia saksikan ketika berada di Jawa dan Yogyakarta.
“Pihak Kalurahan Purwodadi merespon dengan baik kegiatan kolaborasi ini karena dapat memberikan bukti dan komitmen bahwa Kalurahan Purwodadi serius dalam mempertahankan budaya tradisi desa, meneruskan dan merawat ritus dan ritual untuk tetap lestari agar ruh desa tetap berjalan beriringan bersama untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dan berkelanjutan,” jelas Chris Broto.
( Red / Mawan ).