WARTA JOGJA | KOTA KINABALU — Pertemuan Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) dengan Ketua Menteri Sabah, Datuk Seri Mohd Shafie Apdal, setelah agen khusus pertemuan BIMP-EAGA, membahas kerjasama ekonomi, perdagangan, dan ketenagakerjaan, menyangkut serta menyangkut kondisi TKI.
Dalam pertemuan itu, Ali Baal Masdar, belum mengetahui pasti sejauh mana upaya pembebasan dua WNI asal Mandar Sulbar tersebut.
Bahkan Konjen Republik Indonesia (KJRI) Sabah di Kota Kinabalu, Krishna Djelani, dan stafnya menyarankan bila terkait penculikan 2 WNI nelayan asal Sulbar yakni Samsul Saguni dan Usman Yunus, yang diculik kelompok bersenjata 11-September 2018, dalam wilayah Perwakilan KJR Tawau. ” Agar informasinya lebih akurat ada dalam wewenang Perwakilan RI di Tawau,” Syaran Konjen RI Sabah di Kota Kinabalu, Sebelum Sholat Jumat (28/9) lewat WhatsAppnya.
BELUM ADA PERKEMBANGAN.
Dihubungi terpisah Kepala Perwakilan RI, di Tawau (KRI Tawau), Konsul Sulistijo Djati Ismojo, membenarkan karena lokus tempat kejadian berada dalam wilayah Konsul Tawau, merupakan tanggungjawab dalam upaya pembebasan 2 WNI asal Sulbar.
Diakui, Konsul Sulistijo Djati Ismojo, meski belum ada perkembangan baru (keberadaan) dua sandera nelayan asal Mandar, Sulbar. Namun langka yang sudah dilakukan KRI Tawau, pertemuan dan Koordinasi dengan aparat keamanan terkait setempat, bertemu dengan majikan (pengusaha pemilik kapal) meminta agar mereka tetap tanggung jawab terhadap pekerja dan keluarganya dengan Cara memberika. Santunan.
Dengan kejadian telah mengeluarkan Surat edaran berupa himbauan kepada semua majikan dan nelayan agar tidak melaut dulu hingga situasi dinilai kondusif dan ada jaminan keselamatan dari aparat setempat, termasuk pertemuan dengan komunitas WNI nelayan, dalam rangka memberikan support moril. ” Bila ada perekemba ngan baru dari upaya pembebasan dua nelayan akan kami informasikan”, janji Mimih Vara, staf KRI Tawau, kepada JNN malam tadi, tanpa menyebut adanya permintaan tebusan.
ASAL ADA TEBUSAN. ” janji staf KRI Tawau,. Mimih Vara, bisa diganti, janji Konsul KRI Tawau? .
Seperti dilaporkan konsributor JNN di Sabah, menyebut pihak otoritas pesuruhjaya Police Sabah,
Datuk Omar Mammah, malah menyebut kelompok penculik Bersenjata itu mendalami adanya panggilan telepon ke salah seorang isteri korban penculikan meminta tebusan. ” Kontak telepon itu tengah dialami pihak police Malaysia tujuh hari setelah penculikan, yakni 18 September”.
Dalam keterangan pers Datuk Omar Mammah, penculik itu menuntut tebusan RM4 juta atau Rp 14 miliar. ” Isteri salah satu korban penculikan itu di Sulbar di Indonesia, dipercaya dari terduga pelaku penculik yang meminta tebusan,” tambah Omar, dijumpai pers, Selasa lalu.
PATROLI LAUT GAGAL.
Diakui.atau tidak sorotan Direktur Institute for Policy Analyst of Conflict (IPAC) Sidney Jones menilai patroli laut terkoordinasi antara Indonesia, Filipina, dan Malaysia ‘gagal’ mencegah penculikan yang kerap dilakukan kelompok bersenjata terduga dari Abu Sayyaf di perairan Sulu, Sabah, dan Sulawesi.
Pasalnya koordinasi pencegahan itu tidak sama sekali belum memberikan jaminan bagi WNI yang selalu jadi modus penculikan karena perairan itu cukup luas dari terlalu luas. Apa lagi, aktivitas patroli hanya dilakukan waktu-waktu tertentu saja yang setiap harinya sehatinya dilakukan secara bergilir, Malaysia hari ini, besok Philipina, dan lusa Indonesia.
WJ (JNN/NAS)