WARTA JOGJA | KOTA KINABALU — Otoritas keamanan Sabah, belakangan ini benar -benar harus kerja keras memastikan bila pemerintah peningkatan keselamatan di perairan Zon Selamat Timur Sabah (Esszone) benar-benar aman dari perompak terduga kelompok bersenjata Abu Sayyaf asal Philipina Selatan.
Pasalnya pihak otoritas masih mencari empat Nelayan Belum Jelas, keberadaannya (dua diantaranya WNI) yang dinyatakan hilang bersamaan kejadian penembakan kapal tongkang Magtran 2 berbendera Malaysia, di perairan Terumbu Pegasus Kinabatangan Sabah,Rabu (5/12/2018). Meski belum kedua Nelayan Indonesia ikut jadi korban penculikan itu asal di Indonesia apakah Bugis atau asal Jawa.
Seperti dilaporkan Kontributor JNN dari Kota Kinabalu, yang resmi diperoleh di ibu Pesuruhjaya Polis Sabah (Kapolda) Datuk Omar Mammah usai menyerahkan – sijil penghargaan kepada anggotanya pada Majlis Perhimpunan Bulanan Ibu Pejabat Polis Kontinjen (IPK) Sabah di Kota Kinabalu.
Omar menambahkan, kasus tersebut diketahui setelah pasukan keselamatan menemukan sebuah bot nelayan berdekatan TKP penembakan kapal tongkang Magtrans 2.
“Selepas kejadian serangan dari kelompok lelaki bersenjata api ke atas tugboat di perairan Pegasus Reef, petugas keamanan pergi ke lokasi untuk melakukan penyidikan dan menemukan sebuah bot nelayan dengan mesin yang masih hidup. Namun, anggota kita tidak menemukan awak diatas bot nelayan tersebut “.
Hampir bersamaan , lanjut Omar, majikan daripada pemilik kapal nelayan melapokan bahwa seorang nakhoda dan tiga nelayan yang berada diatas kapal miliknya dikhuatiri hilang. Pembenaran majikan ini disampaikan pada sidang media ( jumpa pers) selepas acara IPK tadi, pagi tadi.
Menurut Omar, dua daripada mereka adalah warga tempatan Sabah dan dua orang lagi nelayan warga Indonesia.
Polisi belum dapat memastikan apakah kapal tongkang Megatrans 2 diserang terlebih dulu atau penculikan terhadap 4 awak kapal nelayan.
Namun dia (Omar) mengatakan, pihaknya, tetap melakukan pengembangan kasus ini agar bisa dipastikan apakah empat nelayan yang hilang ini dilarikan kelompok bersenjata yang menembak kapal tongkang Magtrans 2 atau sebaliknya.
” Tentu hal ini dibutuhkan bekerjasama dengan pasukan keselamatan negara jiran berhubung peristiwa ,” tegasnya.
Sementara sumber terpercaya diperoleh kontributor JNN di Kota Kinabalu, prihal kedua nelayan Indonesia berasal dari buton bernama Hariadin, nakhoda dan Heri (bukan nakhoda kapal tongkang Magtran 2.RED) . Sedang dua Nelayan warga tempatan warga Sabah belum terdeteksi identitasnya.
Dengan kejadian menambah kerja keras pihak otoritas setempat selama tahun 2018. Dalam kasus perampokan dan penculikan yang menimpa nelayan warga indonesia di Sabah. Kasus ini merupakan yang kedua di tahun 2018. Tanggal 11 September 2018, dua nelayan Indonesia ( asal Majene Sulawesi Barat) diiculik oleh kelompok Abu sayyaf di perairan Lahad Datu Sabah, belum diketahui nasibnya meski kelompok penyandera nelayan itu pernah mengontak keluarga korban dengan tebusan RM 4 Juta.
Semakin tidak kondisipnya perairan bagi nelayan Indonesia dan nelayan tempatan (lokal) yang bekerja sebagai di Sabah, membuat Ketua Menteri Sabah, Datuk Mohd Shafie Apdal, meminta pasukan keselamatan supaya meningkatkan tahap kawalan keselamatan di perairan Zon Selamat Timur Sabah (Esszone) guna memberi rasa aman bagi bagi nelayan asal Indonesia , dan nelayan Sabah sendiri. Sabah berbatasan dengan Laut Filipina Selatan, yang diketahui basis kelompok Abu Sayyaf.
(IPK/CA/JNN-NAS) .