Gladhi Rutin Lapanan Macapat Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istmewa Yogyakarta.

Drs.Yakti Yudhanto Camat Mlati hadiri acara macapat – Warta jogja.com ,Foto : Runtik
WARTA JOGJA | YOGYAKARTA– Tidak seperti hari-hari latihan sebelumnya. Gladhi Macapat hari ini, Jumat, 08 Maret 2019 di Pogung Dhalangan, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini banyak yang hadir.Mengawali acara Bapak Senen Haryanto, SE selaku Kepala Desa Sinduadi juga merupakan tuan rumah yang kebetulan malam hari ini ketempatan acara rutin menghaturkan selamat datang kepada seluruh anggota paguyuban yang hadir. Beliau juga mengapresiasi terhadap kegiatan rutin macapat se Kecamatan Mlati. Dengan harapan bisa tetap bertahan sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dari generasi ke generasi.

Macapat adalah salah satu budaya Jawa yang harus dipertahankan keberadaannya. “Kita bersama-sama mendukung kegiatan ini yang diprakarsai oleh senior-senior di bidangnya”. Sambil menyebut beberapa orang tokoh macapat di Kecamatan Mlati, diantaranya, Wahyana, Harjoko, Chreti Luwi, Ganda, Wakidu. Yang hadir pada acara rutin lapanan ini memang rata-rata sudah usia sepuh (tua). Meski demikian tidak menyurutkan semangat untuk unjuk kemampuan tarik suara yang memang tidak mudah dilakukan.

Silahkan Baca  Cerita Inspirasi, Piagam Madinah dan Pancasila sebagai Rumah Kita bersama

Seni macapat terbagi menjadi 3 yaitu tembang (sekar) ageng, tembang tengahan dan tembang alit. Begitu Wakidu yang merupakan salah satu senior Paguyuban Macapat Kecamatan Mlati mengungkapkan mengawali latihan nembang macapat malam hari ini. Sekar ageng yang dipilih untuk latihan bersama.
Candra Kusuma, laras slendro dimana tiap-tiap bait rangkaian kata-katanya mengandung makna yang dalam. Pesan-pesan yang hendak disampaikan sangat luar biasa jika diresapi.

“Temené ingkang den anti, Gambir sawit durung muni, Tur iku nora mboseni, Wit kuno tekèng saiki, Nadyan sajam mu-nya ping tri, serengé durung ngedhoni, Panabuhe maksih uthik, Tandha dhemen trusing ati”. Yang maknanya kurang lebih menyatakan bahwa tembang macapat yang diiring dengan suara gamelan tidak membosankan bagi pecintanya, karena mereka memang benar-benar mencintai budaya macapat setulus hati.

Silahkan Baca  Bentengi moralitas remaja, KUA Sewon beri materi BRUS Remaja Masjid se-Kalurahan Bangunharjo Sewon

Sebelum digilirkan ke peserta yang hadir untuk nembang satu persatu, Wakidu memberi contoh lebih dahulu. Pria 85 tahun ini memang mempunyai suara yang lumayan baik. Meski sudah tidak ada satu gigipun di dalam mulut tetapi suaranya masih pantas untuk diacung jempol.

Dipenghujung acara Drs. Yakti Yudhanto, selaku Camat Mlati yang baru dijabatnya kurang lebih satu bulan ini memberikan sambutan bahwa kegiatan ini harus dipertahankan eksistensi dan kegiatannya. Macapat yang merupakan budaya Jawa adiluhung ini sarat dengan misi yang ingin disampaikan baik oleh pujangga-pujangga terdahulu maupun ‘pangripta’ di jaman sekarang. Yang pada intinya Camat Mlati yang kebetulan juga pernah menjadi Sekretaris Camat ( Sekcam) di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Sleman termasuk Kecamatan Mlati ini sangat mendukung kegiatan gladhèn (latihan) rutin macapat di wilayahnya.

Silahkan Baca  Lepas Puluhan Calon Mahasiswa Al Azhar Kairo, Ini Pesan KH. Subki Lc

WJ ( Runtik )

Penulis

Author: redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *