WARTA JOGJA | BANTUL | Ribuan warga masyarakat turut menyaksikan acara rutin tahunan, prosesi kirab budaya Ngarak Siwur Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis, (26/09/2019). Dalam pelaksanaannya, tiap bregodo dari 8 (delapan) desa se Kecamatan Imogiri membawa 1(satu) gunungan berisikan hasil bumi berupa polo gumantung, polo kapendem dan polo kesimpar.
Prosesi kirab Ngarak Siwur dimulai dari lapangan Ndemi Desa Imogiri dan akan berakhir di lapangan parkir Pajimatan Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri.
Sudirjo Pranoto, ketua panitia kirab budaya Ngarak Siwur Kecamatan Imogiri menjelaskan, filosofi dari tradisi Ngarak Siwur terkandung pada 8 (delapan) gunungan yang diarak sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan hasil panen serta keselamatan dan ketentraman warga masyarakat.
“Ajang ini merupakan agenda tahunan yang dinamai Ngarak Siwur atau Nguras Enceh. Pelaksanaannya pada hari Selasa atau Jumat Kliwon pada akhir bulan Suro pada penanggalan Jawa,” jelas Sudirjo.
Lebih lanjut dia menyampaikan, kegiatan tersebut sebagai upaya melestarikan kebudayaan Jawa Adiluhung serta sebagai sarana gotong royong dan mempererat persatuan antar warga masyarakat se Kecamatan Imogiri.
“Atas inisiasi Forum Pecinta Budaya atau kita sebut Forcib, adanya tradisi Ngarak Siwur berhasil kita padukan menjadi tontonan dan tatanan yang bisa menjadi tuntunan,” ungkap Sudirjo.
Sementara itu Bambang Purwanto selaku tokoh adat budaya pencetus kirab Ngarak Siwur Kecamatan Imogiri menjelaskan, tradisi tersebut muncul pada tahun 2007 pasca gempa bumi DIY.
“Kita harus senantiasa bisa nguri-uri kebudayaan dan mengangkat kearifan lokal untuk memperkenalkan pada generasi muda serta mempersatukan semua elemen masyarakat agar peduli pada budayanya. Ini menjadi agenda tahunan dan saat ini sudah ketahun 20,” terang Bambang.
Bambang menambahkan, kegiatan kirab budaya Ngarak Siwur mendapat dukungan dari Dinas Kebudayaan DIY serta disuport beberapa pihak terkait.
“Untuk pendanaan kita mendapat dari Dana Keistimewaan serta swadaya masyarakat,” jelasnya.
Ditempat yang sama, Bupati Bantul Drs. H. Suharsono dalam sambutannya menyampaikan, Imogiri menjadi sentral budaya karena adanya Makam Raja Mataram. Hal tersebut menurut Bupati mampu menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat agar senantiasa melestarikan tradisi adat budaya yang ada.
“Promosikan acara seperti ini dapat dilakukan lewat media sosial supaya lebih dikenal publik misal Facebook,Instagram dan masih banyak lagi,” pungkas Suharsono.
WJ. (Dewi)