WARTA JOGJA | GUNUNGKIDUL | Peristiwa bunuh diri dengan cara Gantung Diri (Gandir) di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi momok sekaligus Pekerjaan Rumah (PR) Pemerintah Daerah (Pemda) bersama jajaran terkait yang belum terselesaikan untuk meminimalisir kasus sepanjang tahun ke tahun.
Dalam kurun waktu 2018 hingga akhir 2019, berdasar data yang dirilis Polres Gunungkidul, jumlah angka bunuh diri dengan cara gantung diri sebanyak 30 kasus.
Memasuki hari ke 2 (dua) ditahun 2020 kali ini, masyarakat Gunungkidul kembali dikejutkan kabar peristiwa gantung diri yang terjadi di Padukuhan Gandu 1 RT01/RW04 , Desa Bendungan, Kecamatan Karangmojo.
Suk (65) seorang wanita warga setempat, ditemukan nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri di teras rumahnya, Kamis, (02/01/2020). Jasad korban diketahui sekitar pukul 05.15 WIB oleh tetangga korban Suparno.
Pagi itu, Suparno bermaksud keluar rumah untuk beraktifitas seperti biasa. Namun saat ia baru saja keluar rumah dan melihat ke sisi utara, ia dikagetkan dengan adanya sosok yang tergantung di teras rumah Suk.
Mengetahui hal demikian, Suparno kemudian berusaha mendekat untuk melakukan pengecekan. Saat didekati ternyata Suk gantung diri dengan seutas tali plastik, seketika gemparlah warga Padukuhan Gandu 1. Satu persatu tetangga dan warga sekitar mendatangi lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Kapolsek Karangmojo Kompol Sunaryo melalui anggotanya Iptu Anang Prastawa, SH saat dikonfirmasi membenarkan adanya warga Bendungan bunuh diri dengan cara gantung diri.
Dari hasil pemeriksaan dengan tim medis Puskesmas Karangmojo, tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan di tubuh korban. Korban meninggal karena murni gantung diri.
“Korban melakukan aksi nekatnya diduga masalah depresi dan sakit lambung menahun yang tak kunjung sembuh,” ungkapnya.
Sementara itu, wakil ketua DPRD Gunungkidul dari Partai Golkar, Heri Nugroho, secara khusus menaruh perhatian atas tingginya kasus gantung diri di Gunungkidul.
Heri mengungkapkan rasa duka cita mendalam serta prihatin atas peristiwa tersebut. Kasus gantung diri ini menjadi catatan hitam pada awal tahun 2020 di bumi Handayani. Oleh karenanya dia menyeru dan mengajak kepada semua warga Gunungkidul untuk semakin peka terhadap lingkungan dengan cara silaturahim dan saling mengunjungi.
“Ada banyak masalah yang dihadapi masyarakat, semoga dengan rasa kepekaan terhadap keluarga, lingkungannya dan silaturahmi ini bisa meringankan dan mengentaskan dari masalah. Ayo, ajak dekat dengan Yang Kuasa,” seru sang kandidat Cawabup dari Partai Golkar ini.
Senada dengan Heri, kandidat Calon Wakil Bupati (Cawabup) lainnya, Bahron Rasyid, S.Pd, MM yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Pemudan dan Olah Raga Kabupaten Gunungkidul menyampaikan, kasus gantung diri harus menjadi perhatian semua pihak. Selain itu, faktor agama atau kualitas iman sangat penting sebagai benteng pribadi setiap warga.
“Tentunya sangat prihatin dan turut berbela sungkawa mendalam, mari warga Gunungkidul semuanya bergandengan tangan untuk peduli dengan lingkungan dan kluarga.
Kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Tuhan sesuai agama dan keyakinan masing-masing,” ungkap Bahron Rasyid.
Ditempat terpisah, akademisi asal Kedungpoh Kecamatan Nglipar yang dikenal Putra Gaplek, Kolonel Inf. Dr. Tugiman, SH, MH menyampaikan, persoalan ekonomi masih menjadi penyebab terbesar gantung diri, disusul persoalan rumah tangga dan beban hidup. Selain itu mitos pulung gantung masih membudaya khususnya dikalangan generasi tua.
Tugiman yang juga mencalonkan diri sebagai bakal calon Bupati Gunungkidul periode 2020-2025 menyampaikan beberapa solusi untuk menekan angka kasus gantung diri diantaranya, Pemda bersama-sama pihak terkait perlu melakukan upaya serius pengentasan kemiskinan menjadi prioritas, selain itu juga perlu merubah maentrims berfikir dan memberikan pemahaman agama yang baik kepada masyarakat guna mencegah dan menanggulangi bunuh diri.
“Pendekatan formalitas dan simbolik tidak akan menyelesaikan masalah, diperlukan pendekatan holistik dan menyentuh akan masalah,” pungkas si Anak Gaplek.
(Agus SW)