Artikel Opini : Wujudkan Lingkungan Bebas Demam Berdarah

Artikel OPINI oleh
Irene Agni Teatrawan
Mahasiswi Fakultas Bioteknologi
Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta

WARTA JOGJA | JOGJAKARTA — Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu jenis penyakit menular dan berbahaya di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi dari virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk genus Aedes seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Vektor penyakit DBD yang paling sering ditemukan adalah Aedes aegypti betina, biasanya masa inkubasi virus di dalam nyamuk ini terjadi selama 8 – 10 hari, kemudian nyamuk sebagai vektor akan mentransmisikan virus dengue ke manusia sehat melalui gigitannya.

Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue memiliki kasus infeksi tertinggi dan terus meningkat setiap tahunnya, hal ini dikarenakan iklim tropis di Indonesia yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan penyakit vektor tersebut, sehingga DBD dapat dikatakan sebagai penyakit endemik di Indonesia.

Penularan penyakit DBD bersifat cepat dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain di antaranya adalah iklim, kondisi suhu, tingkat kelembapan, curah hujan dan tingkat kebersihan lingkungan. Kasus penyakit DBD biasanya meningkat pesat pada musim penghujan, karena kelembapan udara yang tinggi dapat memperpanjang umur (life span) nyamuk. Pada umumnya, nyamuk memiliki siklus hidup metamorphosis sempurna yaitu dari telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa. Rentang hidup nyamuk dewasa berkisar antara dua minggu sampai satu bulan lamanya, tergantung kondisi lingkungan tempat hidupnya.

Silahkan Baca  IPW Apresiasi Kinerja KPK Dalam Satu Pekan Terahir Sikat Dua Menteri di Kabinet Jokowi

Menurut data Dinkes Kota Yogyakarta, kasus DBD yang sudah tercatat ada sebanyak 208 kasus di wilayah Kota Yogyakarta pada periode Januari – April 2020. Untuk itu, masyarakat perlu waspada terhadap ancaman penyakit DBD.

Di tengah pandemi COVID-19 ini sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kebersihan supaya terhindar dari ancaman-ancaman penyakit yang tidak terprediksi. Karena penyakit demam berdarah mampu menginfeksi siapa saja, kapan saja dan dimana saja, tanpa diketahui dan disadari. Gejala klinis yang umumnya terjadi Ketika seseorang terinfeksi DBD antara lain : demam tinggi yang mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, menurunnya jumlah trombosit di dalam tubuh sehingga menyebabkan tubuh menjadi lemah, letih dan lesu, disertai nyeri kepala, otot, sendi, tulang dan mual dan muntah. Bisa juga disertai batuk dan pilek. Semakin lemah sistem imun seseorang, maka proses kesembuhan akan berlangsung lama.

Silahkan Baca  GELANG AJAR SAKOCAB SPN GUNUNGKIDUL 'Membina Generasi Penerus Berkarakter'

Untuk mencegah peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue ada beberapa langkah pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dalam 3 cara : pengendalian lingkungan, pengendalian secara biologi dan pengendalian secara kimiawi. Dalam pengendalian lingkungan kegiatan yang dapat dilakukan meliputi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara mandiri seperti menjalankan gerakan 3M plus seperti menguras tempat-tempat yang digunakan sebagai penampungan air, menutup tempat penampungan air (bak mandi, ember, sumur), mengubur barang-barang bekas disekitar tempat tinggal yang sudah tidak digunakan dan mengantisipasi tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk (tumpukan baju, kolong, tampungan air dalam vas/pot).

Hal ini penting dilakukan untuk mencegah perkembang-biakan (breeding sites) nyamuk dan mengurangi populasi nyamuk demam berdarah. Selain itu, cara lain untuk pencegahan penyakit demam berdarah dengan pengendalian secara biologis dan kimiawi. Pengendalian biologis yang dapat dilakukan adalah menanam tanaman yang mengandung aroma kuat dan menyengat yang tidak disenangi oleh nyamuk, misalnya sereh, Lavender, pohon Jeruk dan sejenisnya.

Silahkan Baca  POKTAN HARGO MAKMUR TANJUNGSARI MENERIMA BANTUAN PENGERING ULTRA VIOLET

Untuk pengendalian secara kimiawi yang dapat dilakukan yaitu menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air, serta melakukan fogging atau pengasapan secara berkala sesuai dengan prosedur (SOP) yang berlaku.

Marilah bersama-sama kita menjaga dan menciptakan lingkungan yang bebas dari penyakit, bersih dan sehat demi tercapainya kenyamanan bagi keluarga dan orang lain. Kerja sama yang baik antar masyarakat dan pemerintah pasti akan menciptakan kota yang bebas dari Demam Berdarah.

Penulis

redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *