Santri Kupangsari Gunung Sugih Besar Lampung Adaptasi Saat Pertama Masuk Pesantren Jejeran Yogyakarta

WARTA JOGJA.com | BANTUL- Keberadan pesantren di bumi nusantara ini sudah sejak beberapa abad silam telah banyak perannya dalam mencerdaskan Indonesia, baik bangsa sendiri maupun bangsa lain. “ Saya sangat apresiasi semangat dari nakenda ikam (ponakan kami) Surya Ramadhan dari Kupang Sari Gunung Sugih Besar (GSB) Lampung Timur ini, di era digital ini sangat tepat memilih pendidikan pesantren untuk bekal di masa depannya. Selain mendalami ilmu agama di Pon-Pes Al-Fitroh Jejeran Yogyakarta, Surya juga melanjutkan studi pendidikan umum di MAN 3 Kab. Bantul.”Jelas koordinator Keluarga Santri Kupangsari GSB, Rustam Nawawi Pelaco bin Ismail Ah tersebut, Senin, 16 Agustus 2021

“Dalam masa adaptasi saat pertama masuk, sebagaimana budaya pesantren kita terlebih dahulu “Soan” menghadap kepada Abah K.H. Ahmad Mamsyad bin KH. Abdul Muhith yang didampingi Gus Muntaqo. Setelah itu, sang Ayah melengkapi administrasi dengan pengurus termasuk fasilitas kamar dan bagi santri baru disarankan untuk “majek” atau makan di Ndalem (rumah) pengasuh, tujuannya agar lebih dekat seperti orang tua sendiri, kemudian ta’aruf (perkenalan) dengan teman-teman santri dari berbagai daerah lainnya.” Jelas Cucu Kyai Kampung GSB, Temenggung Hasan itu menambahkan.
Pengasuh Pondok Pesantren Sabilul Qur’an Al-Balagh, Ny. Arifah Kusairi tempat pondok Surya sebelumnya mengatakan, “Nak Surya Ramadhan merupakan Santri yang taat, tertib, sudah bisa berbahasa Jawa halus dan ringan tangan untuk membantu kerepotan pondok. “
Lebih lanjut, “Di bawah asuhan KH. Imam Mushonef pondok Al-Balagh juga merintis seni rebana hadroh yang di dalamnya ada Nak Surya sebagai anggotanya.“ semoga bekal yang telah di dapat selama di Al-Balagh dapat membantunya saat di Pondok Jejeran Yogyakarta. Harapannya
Wali Santri, Junaidah berharap, “ Saya dan Ayahnya selaku orang tua berharap, semoga putra kami dapat memiliki akhlakul karimah, menjadi anak yang sholeh dan semoga dapat diberikan kemudahan dalam memahami ilmu agama dan ilmu umum yang barokah sebagai pijakan dalam meraih cita-citanya.” harapnya
“Walaupun dengan keterbatasan ekonomi orang tuangnya, namun hal ini tidak menyurutkan semangat Nak Surya untuk belajar di pulau Jawa sebagai mana para pendahulunya, yakni KH. Imam Mushonef, H. Armin Alwi, Husen Kurniawan dan Rustam. Pungkasnya.
(Dilaporkan oleh ustas Rus )

Penulis

Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *