WARTA JOGJA | Sleman, Melihat dari dekat gladi bersih “Mlati Budaya” patut diapresiasi kekompakan mereka untuk menyajikan yang terbaik. Latihan pungkasan dipersiapkan untuk ikut ambil bagian di ajang Festival Ketoprak tingkat Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta secara rutin diadakan tiap tahun.
Dalam ajang lomba, kompetisi, festival atau apapun namanya ketika melibatkan yuri, tim penilai diperlukan kesungguhan dalam berlatih untuk mempersiapkan peran, fungsi serta mental pribadi yang terlibat untuk dinilai di arena.
Terlebih jika dalam penilaian tersebut dibutuhkan banyak personal yang terlibat. Banyak unsur yang harus dipahami bersama agar terjalin hubungan emosional selaras dengan tokoh yang dimainkan.
Kesungguhan dalam berlatih dengan penuh tanggung jawab adalah modalitas untuk menjadi yang terbaik.
“Mlati Budaya ” merupakan kelompok Kesenian Ketoprak Kapanewon Mlati yang didaulat untuk mewakili maju di ajang festival antar kapanewon se Kabupaten Sleman.
Karena dituntut beberapa persyaratan maka Mlati Budaya menyesuaikan kriteria penilian.
Salah satunya umur peserta tidak boleh lebih dari 40 tahun saat pelaksanaan lomba. Hal tersebut dibuktikan dengan identitas yang tertera pada Kartu Tanda Penduduk (KTP), termasuk syarat utama bahwa pemain benar-benar penduduk wilayah kapanewon kontingen yang diwakili.
Gladi Bersih yang berlangsung di Kantor Kalurahan Sinduadi, Mlati, Sleman berjalan lancar.
Hari Sabtu, 18 September 2021 menjadi momentum bersejarah bagi Mlati Budaya dimana dalam kesempatan tersebut hadir Bondan Nusantara tokoh penulis naskah dan sutradara ketoprak yang tak diragukan lagi kemampuannya. Hadir pula Eko Ferry dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Hari Santosa Ketua Forum Budaya Mlati dan beberapa tokoh panggung lainnya.
Hal ini memicu semangat para pemain pendukung KEMBANG NJIPANG PANOLAN lakon yang kelak akan dipentaskannya.
Ketua Forum Budaya Mlati (FBM), Hari Santoso dalam kesempatan yang sama memberikan wejangan dan harapan tentang keseriusan seluruh unsur pemeran dan penabuh gamelan yang mengiringi agar bisa menyajikan secara maksimal dan mberikan terbaik dalam pementasan yang sesungguhnya.
Dengan harapan bisa menjadi juara 1 atau bisa masuk nominasi.
Gladi bersih yang memakan waktu 48 menit tersebut lalu dievaluasi bersama.
Puji Wahono, penulis naskah dan sutradara mengupas adegan demi adegan secara runtut tentang kekurangan-kekurangan pemeran seluruh pemain. Sebagai Sutradara dan penulis naskah pasti berharap yang terbaik untuk seluruh elemen pendukungnya.
Penulis naskah yang setia mendampingi pemainnya dalam berlatih ini selalu memberikan dukungan semangat tak kenal lelah. Dengan harapan Kontingen Kapanewon Mlati mampu menampilkan yang terbaik untuk seluruh masyarakat.
Hadir dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Eko Ferry memberikan apresiasi kepada pemain dan penabuh iringan (gamelan). Ini jauh lebih baik dari tahun kemarin, harapannya bisa masuk nominasi di ajang festival nanti sambil mengatakan bahwa sebenarnya beliau harus mampu mengunjungi “gladhen” 17 kapanewon yang ada di wilayah Kabupaten Sleman. Tidak lupa menghaturkan tiramakasih dan penghargaan yang tinggi karena kehadiran Bondan Nusantara menambah semangat dalam berlatih.
Malam semakin larut tak terasa karena banyak yang disampaikan oleh para tokoh seniman untuk kemajuan Mlati Budaya. Seakan enggan beranjak anak-anak muda usai berlatih tidak segera pulang melainkan masih ada beberapa yang berbincang di halaman kantor kalurahan tanpa mengabaiken prokes di tengah pandemi.
Pelan tapi pasti, lirih namun mampu terdengar ke seluruh ruangan berlatih, Bondan Nusantara yang menjabat sebagai Ketua Team Pengembangan Kethoprak (TPK) DIY memberikan masukan kepada seluruh pendukung Kembang Njipang Panolan.
Masing-masing pemain dikomtari satu persatu, adegan demi adegan dengan cara bijaksana menunjukkan kematangan dan sangat menguasai karakter pemain, pemeran. Analisa obyektif yang bisa diterima oleh siapapun. Pembahasan ditail keseluruhan menunjukkan kematangan dalam berpikir dan pola atau tata cara penyampaian secara arif mengekspresikan tidak hanya fasih tetapi memang benar-benar menjiwai secara total sesuai amanah jabatan yang diembannya.
“Ini masukan saya dipakai mangga, jika tidak, tidak apa”. Beberapa kali disampaikan. Tidak ada kata-kata harus, bahkan untuk sesuatu yang jelas tidak pas pun disampaikannya dengan hati-hati agar benar sesuai alur cerita.
“Saya ke sini cuma mau melihat tidak untuk bicara” Bondan berkilah.
Tetapi Mlati Budaya tetap merasa tersanjung atas kehadiran beliau.
Rept: Runtik