WAKIL BUPATI DAN POKDARWIS PANGRUKTIHARGO MELAKUKAN JAMASAN DI WATU SUWENG GUNUNG BATUR PURWODADI

WARTA-JOGJA.COM | Purwodadi Gunungkidul Dinas Kabudayaan Kabupaten Dan Wakil Bupati Gunungkidul menghadiri acara bersih Gunung Batur Watu Suweng Jum’at legi (20/01/2023) Pukul 09:00 WIB.

Watu Suweng terletak di bukit Gunung Batur Desa Purwodadi Kapanewon Tepus, Gunungkidul,satu akses jalan menuju pantai siung.Acara ini juga dihadiri Panewu Tepus, Lurah Purwodadi besarta jajarannya, Pokdarwis Pangrudihargo berjumlah 63 orang dan juga masyarakat sekitar.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Agus Mantara menyampaikan,”Petilasan Watu Suweng ini merupakan peninggalan bersejarah,ini perlu dilestarikan.Karena ini merupakan wisata religi yang bersejarah untuk itu perlu Pemerintah Purwodadi mendaftarkan Petilasan Watu Suweng ini ke Dinas Kebudayaan”, jelasnya.

Beliau juga berpesan,”Sebagai peninggalan sejarah, Petilasan Watu Suweng ini bisa didaftarkan dan didata ke Dinas Kebudayaan, nanti bisa koordinasi dengan bidang sejarah dan legenda atau di peninggalan,”imbuh Agus.

Silahkan Baca  KNPI Gunungkidul Lantik Pengurus Kapanewon Periode 2024-2027

Ketua Pokdarwis Pangruktihargo Purwodadi Bambang Sulur menyampaikan kepada awak media,”Bersih Gunung Batur Watu Suweng kami lakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas karunianya yang diberikan kepada para petani”, jelasnya.

Dalam penjelasannya,acara rutin yang diselenggarakan setiap tahunnya, masyarakat setempat meyakini ada peninggalan bersejarah atau napak tilas dari Kyai Sunan Kalijaga.
Setiap tahun sehabis masa panen Jagung masyarakat Purwodadi ,Kapanewon Tepus Gunungkidul memperingati bersih Gunung Batur Watu Suweng.

Ditempat inilah sekitar Abad XV,Sunan Kalijaga melakukan syiar Agama Islam,dengan mengumpulkan warga di atas bukit (Gunung) Batur (Dinamakan Gunung Batur bermakna menjunjung tinggi sebagai manusia bersujud kepada Allah ),dilaksanakan disetiap hari Jum’at Legi (Jum’at hari baik untuk berkumpul secara berjama’ah menuju sholat Jum’at. Pasaran Legi adalah mengandung arti akan mendapatkan Rahmad dan Hidayah,berkah dan barrokah dari Allah SWT).
Disetiap berdakwah Sunan Kalijaga bersama para murid dan masyarakat, melaksankan Genduri dengan menyajikan makanan hasil pertanian, Jagung, ketela, kelapa muda, tebu,kedelai (pada saat itu masyarakat belum membudidayakan tanaman padi).
Sajian ini sampai sekarang dilestarikan dikenal dengan sebutan sedekah Brokohan.
Kemudian Sunan Kalijaga bersama murid, masyarakat makan bersama (kembul bujana).
Sementara itu keberadaan Watu Suweng (tempat air dari batu berbentuk bulat yang dibawahnya terdapat lubang ditutup dengan batang kayu) besar kemungkinan adalah sebagai tempat air untuk wudhu.Hal seperti itu disampaikan di dalam Hadist,”Barang siapa yang mandi lalu berwudhu,lalu ia bersegera dan bergegas (untuk melaksanakan sholat),kemudian ia mendekat kepda imam dan diam,maka baginya di setiap langkah kaki yang ia langkahkan (ada pahala) puasa dan sholat setahun,dan demikian ini adalah suatu yang mudah bagi Allah“.(HR. Ahmad & Asshabuh Sunnan,di shahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
Dan dinamakan Suweng bermakna,setiap ajaran Sunan Kalijaga hendak didengar dan di amalkan sebagai tatanan, tuntunan dan titian kehidupan.

Silahkan Baca  Bupati Gunungkidul Mendorong Para Pedagang Pasar Tradisional Mulai Merambah Pangsa Pasar Digital

Acara prosesi pembersihan atau jamasan, mengganti kain watu suweng (tempat wudhu peninggalan Sunan Kalijaga abad XV).
Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto,S.Kom,M.Si berkesempatan untuk turut melakukan jamasan atau membersihkan Petilasan Watu Suweng, dan kegiatan dilanjutkan dengan prosesi doa bersama.

“Saya mewakili pemerintah daerah memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat Purwodadi yang masih merawat peninggalan sejarah ini,” kata Heri.

(mawan)

Penulis

Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *