MENGENAL LEBIH JAUH KESENIAN JELANTUR GADUNG MLATI NGANJIR
WARTA-JOGJA.COM | Karangsari-Semin-Gunungkidul.
Di era globalisasi dapat menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern. Akibatnya masyarakat cenderung untuk memilih kebudayaan baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. Salah satu faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang adalah kurangnya generasi penerus yang memiliki minat untuk belajar dan mewarisi kebudayaannya sendiri.
Tetapi berbeda dengan kelompok kesenian Jelantur Gadung Mlati ini, dalam kelompok tersebut setiap tahunnya memiliki generasi penerus untuk menjaga agar kesenian tersebut tidak punah.
Jelantur merupakan warisan leluhur dari Padukuhan Nganjir, Desa Karangsari, Kecamatan Semin.
Jelantur berasal dari kata Jelajah Lan Tutur, yang mempunyai arti berpindah-pindah tempat untuk memberikan pitutur atau nasehat kebaikan. Kesenian Jelantur diperkirakan berkembang pada jaman Wali Songo, yang digunakan sebagai media dakwah dalam penyebaran Agama Islam.
Kesenian jelantur padukuhan Nganjir,Karangsari, Semin ini memiliki macam macam gerakan.
Gerakan-gerakan yang dilakukan pada kesenian tradisional Jelantur seperti membuat buka tutup barisan. Para pemain biasanya memakai kostum biasa seperti seragam khas prajurit, menggunakan kain jarik, serta tambahan aksesoris berupa jamang dan puluk.
Setiap akan berganti gerakan tari mereka akan berbaris untuk memulainya, dan berganti pasangan untuk gerakan berperang. Sang kapten penari pun akan membunyikan peluit saat semua pemain sudah siap.
Permainan kesenian Jelantur menggunakan iringan musik 3 buah bende, rebana, jidor yang terbuat dari kayu, dan sempritan dari bambu. Durasi pementasan Jelantur biasa dimainkan 15 menit untuk sekali babak, dan dipentaskan antara 30 – 45 menit secara keseluruhan.
( Red: Adi Anas)