GUNUNGKIDUL || WARTA-JOGJA.COM – Purwobhumi Living Museum menjadi branding Kalurahan Purwodadi Kapanewon Tepus Kabupaten Gunungkidul untuk memantapkan diri sebagai kawasan desa dengan pengembangan potensi berbasis alam dan budaya sebagai Prime Mover desa dengan penguatan kapasitas daya desa melalui model kolaborasi Pentahelix. Hal ini dibuktikan dengan satu persatu implementasi oleh sektor Pemerintah Kalurahan diantaranya adalah kerjasama antara unsur pemerintah, dunia usaha, komunitas, akademisi dan media dalam program hari ketiga gelaran Purwobhumi Living Museum Educulture Adventure Festival 2024, Kamis (04/07/2024).
Sebanyak 4 kegiatan dilaksanakan yaitu Saba Desa Sapa Warga dan Cultural Immersion, The Village Live Siung Eco Care Day, dan Geopark Environmentalks. Program kolaborasi ini melibatkan para stakeholder yang berkompeten pada bidang masing-masing dengan komitmen yang sama yaitu pemberdayaan masyarakat, berjejaring, pemanfaatan kawasan bertanggung jawab dan berkelanjutan dan penerapan teknologi tepat guna sebagai bentuk inovasi desa dalam upaya peningkatan kesejahteraan warganya.
Pada kesempatan ini, hadir para figur yang berkomitmen untuk pengembangan berkelanjutan Kalurahan Purwodadi diantaranya Mayjend Kunto Arief Wibowo Wadan Kodiklat TNI AD, Aryo Baskoro dari Gunung Kidul Foundation, Arie praktisi Geowisata, Chris Broto founder Kampung Edukasi Nuswantara, Soel Winarno EL program KEN, dan Kusworo Rahadyan dari Siung Basecamp, serta partisipasi dari jejaring lingkungan, kebudayaan, akademisi dari Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta dan Unversitas Negeri Yogyakarta, pegiat wisata dari kawasan Yogyakarta dan Surakarta serta insan jurnalis dari berbagai media.
Dalam acara presentasi yang berlangsung di Balai Kalurahan Purwodadi Lurah Purwodadi Sagiyanto menyampaikan ucapkan terimakasih ditujukan kepada para tamu undangan sehingga bisa hadir disini untuk melihat lebih dekat kondisi alam di wilayah kawasan Purwodadi dengan dimodali amal seperti ini tentunya kita bisa memanfaatkan tanah dan UMKM serta memberikan edukasi atau merubah SDM, kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah menjadi suatu bermanfaat yang tinggi.
Sugiyanto berharap dengan adanya program seperti ini masyarakat akan lebih mengerti dan bersemangat untuk merubah ekonomi, perlunya kesadaran masyarakat yang tinggi sehingga secara berkelanjutan akan tergerak menuju perubahan.
“Kami berharap team yang sudah terbentuk oleh Pemerintah Purwodadi akan selalu mengikuti program program yang ada,” jelasnya.
Dengan rangkaian event ini, pemerintah Kalurahan Purwodadi berkeyakinan bahwa dengan model kolaborasi Pentahelix maka masing-masing stakeholder dapat berperan sesuai dengan fungsinya agar tujuan utama Kalurahan dapat berproses dan berprogres secara terukur.
‘Saba Desa Sapa Warga’ juga digelar oleh Kalurahan Purwodadi dengan menjalin kerjasama dengan Kampung Edukasi Nuswantara menghadirkan Mayjend Kunto Arief Wibowo selaku Wadankodiklat TNI AD yang secara khusus diundang oleh Pemerintah Kalurahan Purwodadi sebagai narasumber dan pendamping desa untuk berproses bersama dalam mewujudkan desa mandiri dan berkelanjutan.
Kegiatan tersebut diawali dengan acara sambang warga ke Padukuhan Duwet, seluruh rombongan yang terdiri dari Mayjend Kunto Arief Wibowo beserta istri, Lurah Purwodadi, Danramil, Kampung Edukasi Nuswantara dan Pokdarwis Purwobhumi Living Museum untuk berdialog dengan warga di kawasan persawahan Ndilem dengan diskusi tentang potensi dan peluang kawasan untuk dikembangkan secara tepat oleh seluruh sumber daya manusia yang sebagian besar sebagai petani khususnya.
Permasalahan air dan pemanfaatan pupuk menjadi salah satu diskusi pembahasan dengan menitikberatkan pada kondisi tanah dan unsur pendukungnya serta perlu dan pentingnya teknologi tepat guna, bagi kelualitas pertanian dan peternakan.
Pada kesempatan ini, Mayjend Kunto beserta istri memberikan pupuk cair yang diserahkan secara gratis kepada petani untuk digunakan sebagai treatment untuk hewan ternak dan tumbuhan agar tidak tergantung dengan pupuk kimia. Antusiasme warga sangat besar ketika diskusi berjalan kurang lebih selama 60 menit yang ditutup dengan mengunjungi Gua Ndilem yang telah membuat kagum dan kepada kondisi gua yang masih terawat dan mulai tersedianya tata kelola oleh kelompok desa yang merawat dan menjaga kelestariannya.
Menurut Mayjend Kunto, kondisi persawahan Ndilem berpeluang mendapatkan kebutuhan air apabila penerapan teknologi tepat guna mendarat di pesisir pantai dengan ketersediaan air laut untuk diolah menjadi air tawar.
“Proses ini akan ditindaklanjuti, karena kita berada disumber air yang melimpah tetapi masih kekurangan air, sehingga inovasi teknologi tepat guna mutlak perlu mendarat di Kalurahan Purwodadi dengan penerapan sesuai analisa, kebutuhan dan operasional yang standar,” jelasnya.
Dijelaskan lebih lanjut beberapa lokus di Desa Purwodadi menjadi pilihan pendaratan kegiatan ini diantaranya kawasan persawahan dan Gua Ndilem, Balai Kalurahan, Pantai Siung dan Siung Basecamp.
Pada kesempatan ini, Mayjend Kunto Arief Wibowo memberikan sejumlah perlengkapan Alat pemantau Gelombang tinggi yang diserahkan pengelolaannya oleh pemerintah desa melalui sektor terkait yang dengan operasionalosasi melibatkan dari tim SAR dan Kampung Edukasi Nuswantara. Hal ini dilakukan sebagai awal bentuk kerjasama antara para pihak untuk keberlanjutan jangka panjang khususnya pada hal mitigasi kebencanaan.
“Kita hadir disini tergerak untuk melengkapi program yang sudah dijalankan oleh Pemerintah Kalurahan Purwodadi dalam rangka membuat alternatif pengolahan sumber daya masyarakat pesisir pantai selatan dengan melakukan presentation pengolahan limbah hewan, kemudian perbaikan structure tanah, pengolahan alternative ikan laut, banyak hal pada intinya kita melakukan komunikasi, kolaborasi dan action kepada Pemerintah dan masyarakatnya,” tuturnya.
“Pada kesempatan hari ini kita mengundang Ketua Search And Rescue/SAR bersama timnya yang bertugas aktif untuk menyampaikan presentasi edukatif mengenai penanggulangan resiko bencana di laut dengan memberikan alat pendeteksi Tsunami dan cara penggunaanya, semoga memberikan bermanfaat,” imbuhnya.
Pimpinan Search And Rescue (SAR) Wilayah 1, Sunu Handoko Bayu Sagara menyampaikan terimakasih kepada Mayjend Kunto Arief Wibowo beserta timnya sudah hadir di Kalurahan Purwodadi secara khusus memberikan bimbingan kepada saudara kita Search And Rescue (SAR) melalui programnya memberikan ilmu yang dituahkan dalam presentasi sehubungan penanggulangan bencana laka laut dengan membatukan sebuah alat pendeteksi Tsunami.
“Saya mewakili saudaraku Search And Rescue yang bertugas mengucapkan terimakasih kepada beliau Bapak Mayjend Kunto Arief Wibowo telah membimbing, memberikan ilmunya serta membantu kita terhadap siaga bencana laka laut. Harapan kita kedepan dengan dibantunya alat deteksi Tsunami diwaktu kemudian dapat kita koordinasikan secara fungsinya dan penggunanya. Kedepan kita bisa lebih update menyampaikan info kepada para nelayan untuk meminimalisir korban dari kecelakaan laut dan terutama bisa memberikan informasi kepada pihak Dinas Pariwisata dan wisatawan yang akan berkunjung di Pantai Selatan mengenai situasi dan kondisi keadaan laut,” jelas Sanu.
Chris Broto selaku pimpinan Kampung Edukasi Nuswantara menyampaikan bahwa, “kegiatan ini semoga apa yang disampaikan beliau Mayjend Kunto Arif Wibowo dan Bapak Lurah bisa memberikan wawasan bagi kita dan terjadi sebuah komunikasi sharing yang luar biasa sehingga masing-masing pihak dapat memahami bahwa Kalurahan Purwodadi ini memang menjadi salah satu desa yang cukup indah, menarik termasuk juga di kawasan gunung Sewu Global Geopark yang selama ini mungkin kita belum optimal dalam memberikan serta mengolah untuk pemanfaatan dalam hal serta pemberdayaan masyarakat konservatif dan bersifat keberlanjutan,” jelasnya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Dandim 0730/Gunungkidul Lelkol INF Rony Hermawan, Panewu Tepus, danramil Tepus Kapten Arm Murjio, Kapolsek Tepus di wakilkan, Chris Broto Ketua Kampung Edukasi Nuswantoro, Novianto Purwobhumi Living Musium Pantai siung, Lurah Purwodadi, Bamuskal, Babinsa, Bhabinkamtibmas Purwodadi, Pokdarwis, Poktan dan tokoh masyarakat.
(Red/Mawan).