GUNUNGKIDUL, DIY || WARTA-JOGJA.COM — Sebuah tradisi dan budaya dari nenek moyang masyarakat Girisekar yang berupa Pucu Panjala tahun 2024 sebentar lagi akan dibuka. Sebelum acara sakral besok dilakukan sejak dini Lurah Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Sutarpan, SIP., menyampaikan pesan dan himbauan kepada para pengunjung yang ikut serta menyaksikan acara tersebut.
“Saya berharap agar pengunjung nantinya menjaga keamanan dan kesakralan acara tersebut agar pembukaan Cupu berjalan lancar, “ucapnya, Senin (20/09/2024).
Menurut Lurah Girisekar, bahwa rencana pembukaan Cupu Panjala akan dibuka pada hari Senin, 14 Oktober 2024, tepatnya pada malam Selasa Kliwon, jika tanggal jawanya yaitu pada tanggal 11 Bakda Mulud mongso kalimo wuku mandasio tahun 1958 tahun JE.
“Moment acara sakral nantinya akan dipandu dan dipimpin oleh sang juru kunci Cupu Panjala Ki Medisuminarno,” jelasnya.
Dijelaskan lebih detail olehnya bahwa mengenai acara pembukaan Cupu Panjala secara rutin digelar setiap tahun sekali.
“Ada tiga Cupu (guci) yang berada di Padukuhan Mendak, Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang. Cupu tersebut berukuran besar dinamakan Semar Tinandu, sedangkan yang berukuran sedang dinamakan Palang Kinantang, untuk yang berukuran sedang dengan berukuran kecil dinamakan Kentiwiri,” terangnya.
Seperti moment sebelumya pada acara pembukaan yang ketiga Cupu ini mampu menyedot ribuan pengunjung di setiap tahunnya, baik dari wilayah Gunungkidul sendiri bahkan sampai luar wilayah Gunungkidul. mereka berdatangan dari sore sampai malam untuk menyaksikan secara langsung sampai selesai.
“Prosesi ritual pembukaan Cupu merupakan kearifan lokal, setelah dibuka nantinya gambar yang tersirat pada ketiga Cupu tidak bisa dijabarkan oleh trah Cupu, trah Cupu hanya menyampaikan gambar yang ada dalam ketiga Cupu, semua dikembalikan kepada ke-Agungan Tuhan Yang Maha Esa,” imbuhnya.
Salah satu Rois abdi budaya berperawakan nyentrik, yang merupakan pemerhati budaya disini, juga seorang jurnalis yang mempunyai ciri khas selalu mengenakan aksesoris batu akik, mengenakan penutup kepala khas jawa blangkon, berkumis tebal merupakan warga dari Padukuhan Bulurejo, Kalurahan Monggol yang akrab disapa Mbah Pri saat ditemui awak media warta-jogja.com mengatakan,
“Saya selalu aktif datang disetiap prosesi ritual pembukaan Cupu Panjala, karena bagi saya sebagai orang jawa apa yang tersirat didalam cupu tersebut ada makna yang terkandung,” katanya.
“Akan tetapi bagaimana cara kita memaknai gambar tersebut, karena untuk masuk kesana sebagai orang jawa harus peka terhadap rasa (olah rasa), karena rasa itu berasal dari roh-rohing rasa, yang ada dalam pikiran, hati, jiwa dan raga,” tutupnya sambil tersenyum.
(Red/Mawan)