
YOGYAKARTA || WARTA-JOGJA.COM – Keterbatasan lahan pertanian dipusat kota tidak membuat warga di Kampung Tompeyan, Kemantren Tegalrejo Kota Yogyakarta ini menyerah untuk memproduksi hasil olahan pertanian.
Melihat hal tersebut, Ketua Kelompok Tegal Anggur Eka Yulianta yang juga sebagai penyuluh swadaya pertanian Kota Yogyakarta kemudian mengembangkan potensi kampung tersebut menjadi kampung budidaya pertanian dalam hal ini tematiknya buah anggur.
Pada akhirnya, kampung anggur Tegalrejo tersebut dinamakan Tegal Anggur yang dibentuk sekitar 5 tahun yang lalu.
“Nyoba-nyoba aja, awalnya memang tidak bagus hasilnya, tapi karena telaten sehingga di pertengahan 2019 sudah terlihat bagusnya, kata Eka Yulianta saat ditemui di Kampung Tegalrejo, Yogyakarta, Jumat 30 Agustus 2024.
Dalam proses pengolahan dengan bahan dasar anggur tersebut, kampung Tegal Anggur mampu menghasilkan berbagai macam produk. Dari buah hingga daun dan bijinya bisa diolah menjadi makanan.
Kurang lebih ada 21 jenis turunan dari produk ini, dan produknya diantaranya dodol, sirup, bakso goreng, mi, dan bakso basahnya.
Selain bijinya, daun pada pohon anggur bisa dibuat menjadi buntil daun anggur.
“Daripada ciki-ciki kan disini ada kripik daun anggur, basreng anggur, dendeng anggur. Jadi rasanya tidak kalah seperti daging,” katanya.
Dari inovasi olahan itulah, banyak masyarakat yang datang ke lokasi Tegal Anggur untuk melihat hasil pertanian tersebut.
“Olahan ini sudah banyak meminta dipasaran karena banyak dari mereka yang sudah kesini dan mencicipinya. Jadi, ini makanan yang layak untuk pasar, sangat beda dengan olahan-olahan yang ada sekarang,” ucapnya.
Lebih menariknya lagi, pada biji anggur menurut Eka jika dikumpulkan lalu di-roasting bisa menjadi kopi biji anggur.
Saat ini, terkait jumlah pohon anggur yang ditanam di kampung Tegalrejo sekitar berjumlah 90 pohon.
“Jenis anggur yang kami tanam ada nilnel, trans, diksen, julian, tamaki, nadesda, silver rusia, black beauty, basanti, dan masih banyak lagi dengan kurang lebih ada 40-50-an jenis pohon anggur di sini,” bebernya.
Meski banyak yang tertarik, namun Eka menyebut belum bisa mulai memasarkan karena masih melewati proses perizinan dari berbagai pihak.
“Di Jogja sudah ada beberapa toko yang minta produknya tapi belum kita layani mungkin bulan depan ya, bulan depan sudah memasuki pasar, karena kita harus menyelesaikan perizinan kan syarat utama halal kemudian diikuti perizinan lainnya,” pungkasnya.
Setelah proses perizinan selesai, dirinya yakin bisnis pertanian ini sangatlah menguntungkan bagi warga Kota Yogyakarta.
(Red/Olivia Rianjani – Redaktur/Mawan)