BANTUL – D.I.YOGYAKARTA || WARTA-JOGJA.COM – Dalam Perayaan Hari dan Bulan Menggambar Nasional 2024, Komunitas Tapal Batas hadir dengan Tajuk pameran DRAWING YANG LAIN, sebuah pameran yang menggabungkan kreativitas dan pengembangan konsepsi pemikiran, menawarkan sebuah penafsiran yang bebas terhadap Seni Drawing /Gambar terkait konsepsi penciptaan.Konsep pameran yang ditawarkan oleh Komunitas Tapal Batas ini dapat tercermin dalam berbagai karya-karyanya yang menggunakan variasi teknik, gaya, material serta media untuk mengekspresikan perspektif setiap gagasan pada seni gambar.
Pameran tersebut diikuti oleh anggota Komunitas Tapal Batas Jogja diantara lain: Aji Yudalaga, Achid Lubrianto, Agung Manggis, Catur Hengki Koesworo, Edo Pop, Mulato Suprayogi, Sri Paramono, Suryo Wae, Ronald Simabua, Uret Pari Ono, Vani Hidayatur R., dan peserta tamu: Wiyono dan Morris Abdul Rauf Guevara.Pameran ini dibuka oleh Pak ALEX LUTHFI pada 26 Mei 2024, dan telah berlangsung hingga 5 Juni 2024 di Ruang Ekspresi Mbakoku Sewon Bantul Yogyakarta.
Ruang Ekspresi Mbakoku sebenarnya ialah tempat yang dimiliki oleh Achid, salah satu anggota Tapal Batas, yang kegiatannya selain berkesenian, ia juga menjual beragam jenis tembakau. Namun, tak dipungkiri, ruang yang berukuran tak terlalu besar, ruangan kosong berjumlah dua ruang dengan ukuran sekitar 3X4 meter tersebut, mampu disulap menjadi ruang pameran alternatif. Tempat tersebut memiliki keunggulannya yang tidak terikat pada norma-norma konvensional seni mainstream. Hal ini mencerminkan adanya pengembalian esensi dari adanya pergeseran paradigma dalam cara kita memandang seni jika seni hanya bisa dilihat pada ruang yang mapan dan standar konvensi galeri seni yang ada.
Secara jelas, ini berarti bahwa ruang pameran seni alternatif semacam Ruang Ekspresi Mbakoku ini bukan hanya tempat yang disulap untuk memamerkan karya-karya seni, tetapi juga menjadi tempat di mana pengunjung diajak untuk memahami dan mengapresiasi seni dengan cara yang lebih dalam, karena ruang alternatif tersebut memiliki kedekatan dengan kampung warga. Sehingga, penekanan tidak hanya pada estetika visual atau keindahan formal, tetapi juga pada proses kreatif, konteks budaya, dan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh seniman kepada apresiator dari kalangan manapun.
Dengan memanfaatkan ruang pameran seni alternatif sebagai tempat apresiasi seni, masyarakat dapat semakin terlibat dalam proses kreativitas seni, serta memperluas pandangan mereka tentang apa yang dapat dianggap sebagai seni. Ini memiliki dampak positif yang signifikan, termasuk meningkatkan pemahaman budaya, mempromosikan toleransi terhadap perspektif yang berbeda, dan mendorong kreativitas dalam masyarakat.
Lebih jauh lagi, Ruang Ekspresi Mbakoku ini memang sering kali menjadi tempat bagi komunitas Tapal Batas untuk berkumpul, berbagi ide, dan berdiskusi. Hingga akhirnya mereka sepakat untuk berpameran dimana tempat mereka sering berkumpul di sebuah tempat layaknya studio gagasan milik Komunitas Tapal Batas. Ini menciptakan jaringan yang kuat di antara para seniman dan publik yang bisa mendorong pertukaran budaya yang kaya, memperkaya kehidupan seni lokal dan menyediakan peluang bagi pertumbuhan dan eksperimen seni yang berkelanjutan. Dengan demikian, dengan menjadikan sarana tempat apresiasi pameran kepada publik, Ruang Ekspresi Mbakoku ini menjadi ruang pameran seni alternatif yang tidak hanya menjadi tempat untuk menggali gagasan seni, tetapi juga menjadi katalisator bagi perubahan sosial dan budaya yang positif dalam masyarakat, khususnya yang paling dekat ialah tetangga dan warga.
Di samping jalanan dengan banyak kendaraan yang berlalu-lalang, dihadiri para seniman, tamu, serta warga sekitar, pameran Drawing yang Lain ini digelar dan dibuka, tepatnya pada 26 Mei 2024. Pada momen pembukaan pameran tersebut, Joko Sulis hadir mewakili Forum Drawing Indonesia untuk memberikan sambutan dan dukungan positif lewat penyampaiannya. Selain sebagai alat ekspresi individu, baginya menggambar juga memiliki peran dalam memperkaya budaya dan sejarah suatu masyarakat.
“Dari gambar tertua di Leang-leang Maros, ilustrasi, dan karya seni visual lainnya tidak hanya mencerminkan identitas budaya dan nilai-nilai sebuah komunitas, tetapi juga menjadi sumber belajar yang penting tentang masa lalu, kepercayaan, dan pengalaman kolektif. Dengan memahami dan menghargai karya seni visual, masyarakat dapat membangun hubungan yang lebih dalam dengan warisan budaya mereka sendiri serta dengan budaya-budaya lain di seluruh dunia”, ucap Joko Sulis (Pegiat FDI), Minggu (02/06/2024).
Pada halnya memang menggambar juga memiliki peran dalam mempromosikan keterampilan visual dan kreativitas di antara masyarakat. Ini dapat merangsang imajinasi, memperkuat keterampilan pemecahan masalah, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dalam era digital, kemampuan untuk menggambar juga dapat menjadi landasan bagi keterampilan desain grafis, animasi, dan pengembangan konten visual lainnya yang sangat diperlukan dalam berbagai praktek seperti desain, periklanan, dan hiburan, serta yang paling penting ialah pengembangan dan pendidikan tentang identitas budaya, sejarah, dan lokalitas bagi seluruh lapisan masyarakat.
Tak hanya memiliki dampak positif bagi dunia pendidikan akan budaya dan lokalitas, namun juga sebagai media ekspresi personal yang tiada batas dan legah akan kebebasan yang ditindaki dengan positif melalui menggambar. Seperti Kutipan yang dilontarkan pada momen sambutan pembukaan oleh Pak Alex Lutfi tentang drawing yang lain.
“Seni drawing yang ngawur itu justru yang kreatif dan berani. Layaknya orang yang menerobos lampu merah, dia sangat berani tanpa berfikir takut akan mati, tapi tetap mereka melihat kondisi.Seperti halnya orang-orang di komunitas Tapal Batas, mereka menawarkan keberaniannya dalam karya drawing yang jarang ditemukan, menerobos batasan-batasan aturan gambar untuk menemukan esensi dari gambar diluar yang jarang dipikirkan” ucap Pak Alex Luthfi.
Dalam konteks seni, “ngawur” bisa diartikan sebagai eksperimen atau penyimpangan dari aturan yang konvensional. Ketika seorang seniman memutuskan untuk keluar dari batasan yang dikenal dan menciptakan sesuatu yang di luar norma, hal itu sering kali memunculkan inovasi dan keunikan dalam karya seni tersebut.
“Komunitas Tapal Batas ini komunitas yang menarik, karena berbeda dengan komunitas-komunitas seni yang umumnya ada. Dihubungi oleh si Edo presidennya forum Drawing, Edo dan kawan-kawan Tapal Batas menjelaskan keinginannya tentang keliaran yang bisa diapresiasi, yakni lewat drawing yang sangat memungkinkan ditawarkan dengan konsep yang lain juga” urai Pak Alex Luthfi, yang juga menaruh harapan adanya ketertarikan pada publik yang diharapkan juga dapat menggambar dengan bebas, tanpa ada patokan apapun, karena baginya masyarakat juga pasti mempunyai keliaran dalam menggambar, cuman belum saja diperlihatkan.
Menanggapi hal tersebut, Edo Pop yang disebut oleh Pak Alex Luthfi menjulurkan komentarnya, bahwa memang dengan adanya perayaan hari menggambar adalah harapan besar bagaimana gambar juga muncul sebagai bahasa komunikasi ‘Yang Lain” daripada bahasa-bahasa yang terformat. Edo Pop menjelaskan bahwa pada dunia seni drawing, konsep “Drawing yang Lain” ini juga memiliki implikasi yang mendalam. Bagaimana memandang kecantikan tidak hanya ditemukan dalam keseragaman atau kesamaan, tetapi juga dalam keragaman dan keunikan.
“Berkarya bukan tentang menciptakan gaya kita sendiri tetapi tentang menemukan seni dengan gagasan kita sendiri. Dalam sebuah karya drawing, keberagaman dapat meningkatkan keindahan dan kedalaman pengalaman estetika. Inilah yang menjadikan apresiator atau pengamat menjadi tertarik datang untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang dunia drawing dan seni”, ucap Edo Pop.
Pameran ini telah berhasil menarik perhatian banyak audien dengan cara yang menakjubkan, sampai sekarang pameran ini menjadi geliat penasaran banyak orang yang membuat banyak dikunjungi oleh para audiens.
(Red/Olivia/Mawan).