
YOGYAKARTA || WARTA-JOGJA.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta adanya kreativitas baru dari warganya yang telah sukses membangun lahan pertanian ditengah sempitnya lahan tengah-tengah kota. Pasalnya, jarang warga Kota Yogyakarta yang bisa memanfaatkan kondisi tersebut.
Hal ini disampaikan langsung oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Sugeng dalam kunjungannya ke lokasi tersebut bernama Tegal Anggur Tompeyan, pada Jumat 30 Agustus 2024 tepatnya sore hari.
Menurut Sugeng, karena inovasi inilah wilayah Tompeyan dapat dijadikan percontohan di wilayah lain.
“Jadi kita harus bisa mengoptimalkan sejengkal lahan yang kita punya untuk bertani, karena selama manusia hidup kita butuh pertanian sehingga pertanian ini tidak boleh mati. Gizi kita, kalori kita ini dari pangan,” kata Sugeng kepada wartawan disela-sela kunjungannya, Jumat 30 Agustus 2024.
Dengan kata lain, Sugeng menilai tidak ada lagi alasan lain bagi warganya yang ingin bertani meski keterbatasan lahan. Kemudian, pihaknya menyarankan sebelum memulai bertani dalam kondisi lahan yang sempit harus disesuaikan dengan tanaman
“Menurut saya, tidak ada lagi alasan untuk tidak bertani, yang penting bagaimana niat kita untuk bisa bertani tinggal kita menyesuaikan dengan kondisi lahan disesuaikan dengan tanamannya,” ucapnya.
Meski dengan lahan yang sempit, pihaknya yakin jika warga telaten mengoptimalkan potensi akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
“Tentu kalau dilahan sempit ya pilih tanaman-tanaman yang ramah dengan lingkungan sempit, hasilnya mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan ini bisa memberikan dampak bagi warga,” sambung Sugeng.
Pihaknya juga menilai, apabila dikonversi dengan kabupaten lain, menurutnya produk pertanian Kota Jogja sendiri tidak akan kalah produk-produk di kabupaten lainnya.
“Mau enggak mau kalau di Kota Jogja ya bicaranya itu, kalau mau nanem seperti kabupaten yang lahannya luas ya enggak mungkin, jadi istilah wong Jowo nek wis kepepet kudu metu akale (orang Jawa kalau mepet harus keluar akala/inovasinya), jadi kita akali lahan sempit ini supaya masyarakat tetep berkarya, ini bisa diawali dari hobi menjadi satu bentuk tambahan untuk memperkuat ekonomi keluarga,” ujarnya.
Sehingga, untuk meningkatkan potensi pertanian di Kota Yogyakarta, Sugeng menekankan agar masyarakat menerapkan sistem hilirisasi.
“Saya tetap mendorong untuk membantu budidaya tapi warga kota juga harus bisa menangkap hilirisasi, maksudnya produk-produknya boleh dari kabupaten tapi kreativitas untuk produknya itu di kota, kenapa ? Karena tadi, kita kan punya keterbatasan, tapi kota punya kemenangan dekat dengan pasar. Jadi kota harus menghasilkan sesuatu yang unik sesuatu yang lain dari yang lain atau out of the box,” pesannya.
“Jadi ya kota harus hilirisasi dan pertanian yang presisi atau pertanian yang mempunyai keunggulan kompetitif dan warga kota harus kreatif agar bisa menghasilkan produk dengan nilai lebih,” lanjut Sugeng.
Adapun disinggung terkait modal masyarakat agar mau melakukan aktivitas bertani, pihaknya berpesan harus ada kemauan bertani bertani terlebih dahulu.
“Memang selama ini justru kadang petani belum/tidak ada modal, yang penting kemauan dulu tapi memang pertanyaan soal pendanaan betul dalam membesarkan usaha masih perlu modal. Jadi permodalan ini bisa diakses dari manapun,” katanya.
Selanjutnya, Pemerintah setempat membantu masyarakat lewat program pemberdayaan salah satunya pengembangan lorong sayur.
“Terus pemerintah gimana ? kan kami kan punya dinas pertanian. Kita kan punya program pemberdayaan masyarakat terhadap lahan sempit, misalnya pengembangan lorong sayur. Jadi kami pun berada di balik masyarakat,” jelasnya.
Disamping itu, menurut Sugeng masyarakat juga harus pandai mencari akses pihak ketiga untuk melancarkan inovasi pertanian nantinya itu.
“Bisa dekati pihak swasta dan perhotelan (ini namanya social cost responsibility). Kemudian siasatnya, mereka (pihak ketiga) dibawa ke Tompeyan karena Tompeyan sudah dibuktikan adanya kampung pertanian ini,” ucapnya.
“Jangan tiba-tiba minta modal, buktikan dulu (kayak di Tompeyan ini, kalau sudah terbukti teman-teman yang mau kasih modal pasti welcome. Tunjukkan karya dulu,” tegasnya.
Kendati demikian, Sugeng menegaskan Pemkot Yogyakarta tetap akan mendampingi masyarakat dalam mengelola aktivitas pertanian.
“Lalu pemerintah gimana ? pemerintah akan tetap mendampingi masyarakat dari hulu sampai Hilir. Kan kalau bicara pertanian, jangan pernah punya pendapat bahwa ini hanya kewajibannya Dinas Pertanian, tapi bagaimana masyarakat juga ada akses permodalan masyarakat itu sendiri untuk memajukan pertanian,” pungkasnya.
(Red/Olivia Rianjani – Redaktur/Mawan)