
YOGYAKARTA || WARTA-JOGJA.COM – Duka mendalam menyelimuti keluarga besar Kementerian Luar Negeri RI dan Universitas Gadjah Mada (UGM) atas kepergian Arya Daru Pangayunan, seorang diplomat muda yang dikenal cerdas, rendah hati, dan berdedikasi.
Almarhum Arya Daru Pangayunan, yang merupakan alumnus Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI) UGM angkatan 2005, meninggal dunia secara mendadak pada Senin, 8 Juli 2025, di Jakarta. Jenazah diberangkatkan dari Jakarta pada pukul 06.00 WIB pagi dengan pengawalan Patwal, dan tiba di Yogyakarta sekitar pukul 15.00 WIB.
Setibanya di Yogyakarta, jenazah langsung dibawa ke rumah duka di kediaman mertuanya, yakni Prof. Dr. Basu Swasta, di Jalan Munggur 6, Jomblang, Janti, Bantul. Rencananya, jenazah akan disemayamkan terlebih dahulu, kemudian dishalatkan dan dimakamkan di Pemakaman Umum Sunten, sekitar tiga kilometer ke arah selatan dari rumah duka.

Ditemui dirumah duka, kakak ipar almarhum, Meta Bagus, mengatakan rasa kehilangan yang begitu mendalam.
“Saya benar-benar syok, bingung bagaimana menyampaikannya. Kenangan saya dengan Daru bukan hanya yang menyenangkan. Sejak SD saya sudah kenal, dan sampai dewasa tidak pernah sekalipun melihat dia marah. Orangnya selalu tersenyum, bahkan saat lelah pun tetap tenang dan ramah. Jadi memang bukan hanya sebatas adik ketemu ‘gede’ saja,” kenang Agus.
Agus menambahkan bahwa almarhum sering pulang ke Yogyakarta karena istri dan kedua anaknya tinggal di sini.
“Kadang seminggu sekali, kadang dua kali. Akhir pekan tiba-tiba datang. Anak-anaknya masih kecil, kelas 1 SMP dan kelas 4 SD. Mereka tinggal bersama ibunya (adik saya) di Yogyakarta,” ujarnya.
Saat ditanya ada kejanggalan meninggalnya almarhum, Agus enggan memberikan komentarnya. Ia juga menyampaikan, almarhum tidak terindikasi masalah apapun. Diketahui, almarhum ditemukan meninggal dunia dalam kondisi yang janggal di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat. Jenazahnya, yang ditemukan dengan kepala dilakban dan tubuh tertutup selimut.

“Enggak ada apa-apa. Beliau itu enggak pernah marah , dari SD gitu. Kalaupun tuh dia lagi capek pekerjaan atau apa gitu, dia tetep senyum gitu ya, senyum simpul gitu. Selebihnya selalu ketawa.
Jadi bagi saya practicaling, sepertinya kok enggak ada ya kalau masalah,” ujarnya.
“Jadi, saya tidak berkomentar soal itu (yang kejanggalan). Intinya saya mohon ke teman-teman mohon tolong didoakan beliaunya, kalau ada salah kata ke teman-teman, salah perkataan, segala macam semuanya mohon dimaafkan. Semoga almarhum dilapangkan jalan segala sesuatunya,” pungkas Agus.
UGM Desak Usut Penyebab Meninggalnya
Terpisah, mewakili almameternya, Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM, Nur Rahmat Yuliantoro, turut menyatakan duka yang mendalam.
“Keluarga besar DIHI UGM turut berduka cita atas berpulangnya Arya Daru Pangayunan. Ia dikenal sebagai diplomat yang handal dan membanggakan. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan,” ucapnya.

Lebih lanjut, Rahmat mendesak pengusutan menyeluruh apabila ditemukan kejanggalan dalam peristiwa meninggalnya almarhum karena ada dugaan penyebab kematiannya, termasuk kemungkinan adanya unsur kekerasan.
“Jika memang terdapat hal-hal yang tidak wajar, perlu diusut tuntas demi kemanusiaan dan tanggung jawab negara dalam melindungi warganya,” pungkas Rahmat.

REDAKTUR MAWAN



