
đ YOGYAKARTA ||Â WARTA-JOGJA.COMÂ –Â Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Gadjah Mada (UGM) memperkenalkan inovasi baru dalam pengelolaan sampah organik bernama âWormiboxâ, sebuah alat budidaya cacing tanah berbasis Internet of Things (IoT) yang mampu mengolah sampah organik rumah tangga menjadi pupuk alami.Â
Dalam bincang-bincang yang diselenggarakan oleh Kantor Humas UGM pada Kamis 10 Oktober 2025, tim yang terdiri dari mahasiswa lintas fakultas ini menjelaskan ide awal, konsep teknologi, hingga potensi bisnis dari Wormibox sebagai solusi menuju gerakan Zero Waste Movement di Yogyakarta.
đľ DIY Darurat Sampah
Ketua tim, Azkal Anas Ilmawan dari Fakultas Teknik angkatan 2022, menjelaskan bahwa ide Wormibox berawal dari kepedulian terhadap permasalahan sampah yang semakin meningkat di Yogyakarta.
âIde kami ini berinisiasi dari permasalahan sampah di Jogja sendiri. Di tim kami ada dua orang dari Jogja asli yang menyadari bahwa pengelolaan sampah di sini sudah terbatas,â ujar Azkal kepada wartawan dilokasi.
Menurutnya, tim menemukan potensi besar dari sampah organik yang selama ini belum termanfaatkan secara maksimal.
“Artinya untuk ide kami itu bermula dari ada potensi untuk pengelolaan sampah organik, yang mana sekarang ini sampah organik kan tambah meningkat. Ditambah lagi, budidaya cacing itu masih konvensional,â jelasnya.Â
Ia menambahkan bahwa budidaya cacing ternyata bisa menjadi alternatif pengelolaan limbah organik yang ramah lingkungan.
“Kami berinisiasi untuk membentuk tim, berkumpul dengan dosen pembimbing, brainstorming, dan ternyata memiliki kesesuaian ide,â ucap Azkal.
Terkait kapasitas produksi, ia menyebut bahwa tim saat ini masih bekerja secara mandiri.
“Untuk produksi kami sendiri itu bisa memproduksi sekitar delapan produk per bulan. Tapi untuk rencana ke depannya kami akan hire tenaga kerja jika memang ini nanti sustainable,â ujarnya.Â
Lebih lanjut, Azkal juga menjelaskan bahwa produk Wormibox nantinya akan terintegrasi dengan teknologi IoT agar pengguna dapat memantau kondisi media budidaya secara real-time.
âSekarang ini IoT-nya masih dalam tahap pengembangan. Tapi nanti output dari alat kami bisa dipantau melalui HP atau website, masuk ke akun pengguna, dan bisa dilihat secara berkala,â jelasnya.
đľ Teknik Penggunaan Wormibox Pakai Mikrokontroller
Sementara itu, Fikriansyah Ridwan, mahasiswa Fakultas Teknik angkatan 2023, menjelaskan konsep teknologi cerdas yang digunakan dalam Wormibox.
“Teknologi inovasi cerdas budidaya cacing tanah ini adalah sistem kontrol dan monitoring untuk media dari worm box itu sendiri,â ujarnya.Â
Ia juga menjelaskan, perangkat ini menggunakan mikrokontroler yang berfungsi untuk memantau serta mengatur suhu dan kelembapan agar cacing dapat hidup dan berkembang optimal.
âFungsinya agar cacing bisa dengan optimal memakan sampah organik serta dapat hidup dan berkembang biak dengan baik,â tutur Fikri.Â
Perangkat tersebut dilengkapi dengan layar 3D print, colokan daya, tombol on/off, serta dua sensor – sensor suhu dan kelembapan.
âSensor-sensor itu akan diolah oleh mikrokontroler yang digunakan untuk menyalakan kipas dan pompa air,â bebernya.
Lanjut Fikri menjelaskan mekanisme sederhana penggunaannya.
âProses dari warm box sendiri tinggal dicolokkan, lalu pengguna menyalakan worm box. Maka akan muncul pesan sambutan âWelcome Eco Feederâ. Misalnya suhu 32 derajat, berarti terlalu panas, maka kipas akan otomatis menyala,â ungkapnya.
đľ Alasan Dipilih Cacing
Dari sisi biologis, Maulana Iqbal Pambudi, mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2023, menjelaskan alasan tim memilih cacing dibandingkan maggot.
âKalau alasan kita menggunakan cacing karena ini sebagai alternatif kepada masyarakat, karena magot itu kami rasa sudah cukup mainstream digunakan,â katanya.Â
Cacing, lanjut Iqbal, memiliki banyak manfaat tambahan selain sebagai pengurai sampah organik.
âCacing yang kami pilih itu jenis ANC atau African Nightcrawler. Kami menggunakan cacing remaja karena mereka lebih konsumtif,â jelasnya.
Iqbal menambahkan bahwa hasil dari proses dekomposisi oleh cacing menghasilkan dua produk lanjutan yang bernilai ekonomi.
“Cacing akan menghasilkan dua produk inputan, yaitu pupuk organik cair (POC) dan casting atau vermicompost,â paparnya.
Kemudian, menurut Iqbal, bahwa riset yang telah dilakukan tim berhasil membuktikan perbedaan tekstur dan kualitas antara vermicompost yang dihasilkan melalui sistem IoT dan metode biasa.
âCasting yang kami hasilkan strukturnya lebih remah dan subur. Jadi konsumen bukan hanya mendekompos sampah rumah tangga, tapi juga mendapat produk bermanfaat bagi tanaman mereka,â ungkapnya.
Ia juga mengatakan bahwa setiap box telah dikalibrasi dengan takaran khusus agar pengguna tidak perlu repot menyiapkan media.
“Dalam satu paket Wormibox sudah ada sekitar 250 gram cacing dan 300 gram beding yang kami formulasikan dari tanah dan ampas sagu dengan perbandingan satu banding satu,â jelasnya.Â
Menurutnya, keunggulan utama cacing adalah kemampuannya mengonsumsi sampah organik sesuai berat badannya sendiri.
“Kami berfokus pada limbah organik rumah tangga dengan menyesuaikan kapasitas box-nya,â tegasnya.
đľ Rencana Pengembangan Kemitraan
Mengenai pemasaran, Vidhyazputri Belva Aqila dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) angkatan 2023 menambahkan bahwa timnya telah menjalin kerja sama dengan pihak luar untuk memperluas manfaat produk.
“Kebetulan kami sendiri sudah bermitra dengan salah satu peternak cacing yang memang mengelola dan menjual hasil lanjutan dari cacing itu sendiri,â imbuh Belva.Â
Ia mengatakan bahwa ke depan tim berencana membantu pelanggan dalam mendistribusikan hasil olahan Wormibox.
âMungkin nantinya kami juga akan merambah ke bagian sana untuk membantu para pelanggan menjual hasil dari lanjutan itu sendiri,â tutur Belva.
đľ Mendorong Gerakan Zero Waste di Kampus dan Masyarakat
Oleh karena itu, adanya Wormibox, tim PKM-K UGM berharap dapat mendorong masyarakat terutama generasi muda untuk berperan aktif dalam mengelola sampah rumah tangga dan mendukung gerakan Zero Waste Movement.Â
Maka, dengan integrasi teknologi dan pendekatan ekologis, inovasi ini diharapkan menjadi langkah nyata menuju pengelolaan limbah organik yang lebih berkelanjutan dan berdampak luas bagi lingkungan.

đ´ PIMPRED & REDAKTUR: MAWAN






